Tongkat Kayu

Setelah beberapa hari terakhir kota tempat tinggal ku diguyur hujan, kota yang terkenal dengan begitu panas meski banyak penghijauan, kini berubah menjadi kota yang dingin tapi bukan karena penghijauan itu namun justru karena hujan mengguyur tiada henti, setelah hujan membasahi atap rumah ku siang tadi, suasana sore menjadi begitu indah, tidak ada polusi udara…

Dengan mengenakan topi ala anji – drive, aku pun bergegas ikut pergi ke danau yang begitu luas dalam pandangan ku, bersama ayah aku pergi memancing ikan air tawar, tidak banyak hal yang bisa ku lakukan selain melihat ayah ku melemparkan pancingan ke tengah danau, satu per satu pun dinaikkan ikan-ikan ke darat, ayah ku memang pintar memancing.

Melihat ayah yang begitu asik dengan pancingannya, aku pun ingin seperti papa, air selokan menjadi sangat menarik untuk dimainkan, ku ambilkan tongkat kayu lalu ku main-mainkan di air yang dalam pandangan ku itu adalah sungai dengan banyak perahu di dalamnya, walaupun sebenarnya hanya kayu dan sesampah yang menyerupai perahu kecil sedang berlayar lengkap dengan kapten kapal dan juga nelayan, tapi itu tidak berlangsung lama, seorang gadis mungil mengganggu ketenanganku, gadis yang tidak ku kenal seakan begitu akrab dengan ku, seperti perompak yang membajak kapal seorang kapten, tongkat kayu yang ku gunakan untuk menggerakkan perahu pun dirampas, aku terdiam, karena dia adalah wanita, ku lihat ia begitu girang memainkan kayu itu untuk menggerakkan perahu, aku pun melihatnya saja bermain.

Melihat keasikan ia bermain, aku pun juga ingin ikut menggerakkan perahu, sesekali aku berlari dan mencari-cari tongkat kayu yang lain, tapi aku tidak mendapatkan apapun, gadis kecil itu seakan ingin mengajakku bermain, karena hanya aku yang hampir seumuran dengannya, kami pun bermain-main perahu dengan tongkat kayu itu berdua, walaupun sedikit menjengkelkan, tapi ya sudahlah…, dia wanita.

Ku lihat ia begitu menyenangi tongkat kayu itu, aku pun mencari alternatif lain untuk bisa bermain, ingin ku tunjukkan bahwa aku juga bisa seperti orang-orang dewasa itu memancing ikan, aku pun bergegas pulang dan mengambil joran kecil ku, dengan penuh percaya diri aku pun melemparkan pancing ku ke pinggiran danau…

huff…ternyata gadis itu sama sekali tidak melihat ku memancing, dia asik dengan tongkat kayu nya bermain-main tanah, “lelaki memang lebih sering dikecewakan”, hehehe

Matahari pun mulai terbenam, gadis itu ingin pulang kembali, ku pikir ia sudah tidak ingin lagi bermain dengan ku, di saat ia akan pulang, dia memanggil ku “abang…., ini (sambil memberikan tongkat kayu), makasih ya..” aku pun mengambil tongkat itu, walaupun itu sebenarnya bukan milikku, “iyaa” ku jawab singkat…

Gadis itu sama seperti kakak perempuan ku, begitu anggun, cepat bergaul, baik hatinya, walaupun sering menjajah ku, aku banyak belajar dari kakak ku, diajarkannya aku bagaimana bersikap dengan perempuan, bagaimana menghargai mereka, kakak ku memang begitu sempurna sebagai seorang wanita, mungkin juga sebagai ibu nantinya….Amiiin….

Jajahan itu seperti hukum karma, aku dijajah oleh gadis itu, abang gadis itu dijalah oleh kakak perempuan ku, memang wanita suka sekali menjajah pria, beruntung aku belum dewasa, orang-orang dewasa memang aneh.

Aku berharap dapat kembali bertemu dengan gadis itu, agar aku tidak kesepian lagi, agar aku dapat terus bermain bersamanya, dan juga agar aku dapat menjajahnya kembali, barangkali aku bisa meminta bantuan kakak ku, bahwa aku ingin terus bermain bersamanya untuk selamanya…, tapi susahnya kakak ku terlalu pemalu.

2 Tanggapan to “Tongkat Kayu”

  1. anonim Says:

    tongkat kayu gambar kok topi??aneh2 saja …
    salut buat anak kecil yang sudah bisa menghargai wanita, dia belajar sedari kecil, mudah2an kelak ia benar2 menjadi seseorang yang begitu menghormati wanita,,,
    subhanallah juga ada kakak yang seperti itu, kakaknya pemalu itu ciri khas nya mungkin, untuk menjaga …

Tinggalkan Balasan ke anonim Batalkan balasan